Jika anda berkunjung ke Kebumen, tidak ada salahnya
anda singgah sejenak ke objek wisata sejarah yakni benteng Van der Wijck.
Lokasinya yang cukup dekat dari jalan utama/raya Kebumen -Yogya, yakni sekitar
300 meter, amatlah sayang jika dilewatkan begitu saja. Benteng kuno dengan
dominasi warna merah ini cukup menyolok diantara bangunan lain, namun tersamar
dari jalan utama mengingat gerbang masuk lokasi wisata ini cukup jauh dari
pintu gerbang benteng. Disediakan kereta api mini yang siap mengantarkan
pengunjung dari gerbang utama mengelilingi objek wisata bersejarah ini
.
Benteng Van Der Wijck adalah benteng pertahanan Hindia-Belanda
yang dibangun pada abad ke 18. Benteng seluas 3606,625 m2 dan tinggi 9,67 m ini
terletak di Gombong, sekitar 21 km dari kabupaten Kebumen, Jawa Tengah,
Indonesia atau 100 km dari Candi Borobudur, Magelang.
Anda tidak usah
kuatir bahwa berada dilokasi objek wisata sejarah ini, nantinya hanya akan
disuguhi bangunan kuno yang cenderung membosankan dan kurang diminati
anak-anak. Beberapa sarana permainan anak-anak telah dibangun disekitar benteng
seperti perahu angsa, kincir putar dan berbagai macam permainan anak lainnya.
Tak ketinggalan juga sebuah patung dinosaurus raksasa ikut dibangun untuk
meramaikan suasana dan lebih mengakrabkan dengan dunia anak-anak. Bahkan sebuah
stasiun kereta api mini dibangun dibagian atas benteng tepat diatas gerbang
utama, memungkinkan pengunjung untuk mengitari sisi atas benteng dengan
menggunakan kereta mini.
Benteng ini
pernah jatuh ke tangan Jepang dan ketika Jepang berhasil ditundukkan Belanda,
maka keberadaan benteng ini dijadikan sekolah KNIL. Pada tahun 1940-an Pak
Harto (mantan Presiden RI ke-2) pernah bersekolah di benteng ini.
Saat saya mengunjungi lokasi benteng kuno yang saat
ini menjadi areal wisata di wilayah Gombong tersebut, kondisi di dalam lapangan
dalam benteng dalam keadaan “pating slengkrah” (berantakan) karena rencananya
di lokasi tersebut akan dilaksanakan syuting sebuah film laga populer seri
kedua di Indonesia yang disutradarai orang luar negeri.
Didalam benteng
itu sendiri pengunjung bisa melihat beberapa foto dokumentasi seputar bentuk
asli bangunan benteng saat ditemukan dan tahap-tahap pemugaran yang telah
dilakukan terhadapnya. Ruangan-ruangan bekas barak militer, asrama, pos jaga
bisa dilihat didalam benteng dan semuanya boleh dibilang dalam keadaan rapi dan
bersih. Hanya saja sebuah papan pengumuman yang ditempel dibagian luar benteng
berisi "Sebelum masuk benteng sebaiknya anda berdoa sejenak menurut
kepercayaan masing-masing", sempat menimbulkan kerutan didahi saat
membacanya karena berkesan seram. Mungkinkah pernah terjadi hal-hal diluar
nalar yang menimpa pengunjung saat berada didalam benteng, seperti kesurupan ?
Benteng Van der
Wijck sebenarnya dibangun pada awal abad 19 atau sekitar tahun 1820-an,
bersamaan meluasnya pemberontakan Diponegoro. Pemberontakan ini ternyata sangat
merepotkan pemerintah kolonial Belanda karena Diponegoro didukung beberapa
tokoh elit di Jawa bagian Selatan. Maka dari itu Belanda lalu menerapkan taktik
benteng stelsel yaitu daerah yang dikuasai segera dibangun benteng. Tokoh yang
memprakarsai pendirian benteng ini adalah gubernur jenderal Van den Bosch.
Tujuannya jelas sebagai tempat pertahanan (sekaligus penyerangan) di daerah
karesidenan Kedu Selatan. Pada masa itu, banyak benteng yang dibangun dengan
sistem kerja rodi (kerja paksa) karena ada aturan bahwa penduduk harus membayar
pajak dalam bentuk tenaga kerja. Tentu saja cara ini membuat penduduk kita
makin menderita apalagi sebelumnya
gubernur jenderal Deandels punya proyek serupa yaitu jalan raya pos (Anyer - Penarukan, sepanjang l.k. 1.000 km), juga dengan
kerja rodi.
Dilihat dari
bentuk bangunan, pembangunannya sezaman dengan benteng Willem (Ambarawa) dan
Prins Oranje (Semarang kini sudah hancur). Pada awal didirikan, benteng dengan
tinggi tembok 10 m ini diberi nama Fort Cochius (Benteng Cochius). Namanya
diambil dari salah seorang perwira militer Belanda (Frans David Cochius) yang
pernah ditugaskan di daerah Bagelen (salah wilayah karesidenan Kedu). Nama Van
der Wijck, yang tercantum pada bagian depan pintu masuk, merupakan salah seorang
perwira militer Belanda yang pernah menjadi komandan di Benteng tersebut.
Reputasi van der Wijck ini cukup cemerlang karena salah satu jasanya adalah
membungkam para pejuang Aceh, tentunya dengan cara yang kejam.
Pada zaman
Jepang, benteng ini dimanfaatkan sebagai barak dan tempat latihan para pejuang
PETA.
Dilihat dari
fisiknya, bangunan yang luasnya 3.606,62 m2 ini sudah mengalami renovasi yang
cukup bagus. Sayangnya renovasi ini kurang memperhatikan kaidah konservasi
bangunan bersejarah mengingat bangunan ini potensial sebagai salah satu warisan
budaya (cultural heritage). Bila ingin ramai kunjungilah disaat liburan / akhir pekan...
menambah pengetahuan sejarah
BalasHapusrekreasi di benteng van der wijck
terima kasih tutorialnya