Dewaruci Berlayar 277 Hari Arungi 4 Benua
Ada rasa yang mengganggu ketika hendak menyebut pelayaran
KRI Dewaruci kali ini sebagai pelayaran terakhir. Meski masih gagah
bila layarnya terkembang di lautan, kapal dengan tiga tiang tinggi itu
sudah memasuki usia 60 tahun.
Dua di antara tiga kapal layar seangkatannya telah bebas tugas. Satu tenggelam di dasar laut, satunya lagi dimuseumkan.
Dewaruci kini sendiri. Maka, sekembali dari pelayaran melintasi empat
benua pada pertengahan Oktober 2012 –andai sudah ada kapal latih
pengganti–, ia sepertinya harus benar-benar istirahat di dermaga Ujung,
Surabaya.
MULAI Minggu (15/1), Kapal Republik Indonesia (KRI) Dewaruci kembali
membentangkan layarnya untuk mengelilingi dunia. Penjelajahan edisi
ke-59 di usianya yang ke-60 tahun itu kiranya tak berlebihan bila
disebut yang paling fenomenal. Sejak kapal yang melegenda itu dibuat
pada 1953, tiap tahun Dewaruci terus berlayar secara rutin meski dengan
jarak tempuh yang berbeda-beda.
Namun, perjalanan kali ini bakal mencatat rekor jarak tempuh terjauh dan
waktu pelayaran terlama. Hingga sehari menjelang keberangkatannya, awak
kapal masih sibuk. Di dermaga Ujung, Surabaya, para prajurit memasukkan
berbagai barang ke lambung kapal latih jenis tall ship (kapal layar
tiang tinggi) sebagai bekal di tengah laut selama kurang lebih sepuluh
bulan.
Barang-barang yang di-loading itu bermacam-macam; mulai bahan makanan,
seperti beras, minyak goreng, laukpauk yang diawetkan, dan air minum;
peralatan musik; pakaian; hingga tas ransel berisi pernak-pernik yang
bersifat pribadi, seperti foto pacar atau foto anak-istri. Menjelang
siang, ruang terasa longgar setelah semua barang tersusun rapi.
Maklum, kapal layar lebih banyak kita dengar lewat buku pelajaran sejak
masih duduk di bangku sekolah dasar itu bakal mengarungi samudera hampir
sepuluh bulan 277 hari) lamanya. KRI Dewaruci direncanakan singgah di
24 kota di 13 negara tersebar di empat benua (minus Australia). Dari
dermaga Ujung, Surabaya, Dewaruci bakal berlayar ke arah timur, menuju
Amerika, Eropa, Afrika, dan kembali ke Asia.
Pelayaran kali ini akan menempuh jarak 27.006 mil laut atau setara
50.015 km. Kapal dijadwalkan baru kembali di Surabaya pertengahan
Oktober mendatang (lihat grafis). ”Tugas pokok kami muhibah ke luar
negeri menghadiri OpSail (Operation Sail) 2012, mendukung kadet AAL
praktik pelayaran Kartika Jala Krida (KJK),” jelas Komandan KRI Dewaruci
Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseto kemarin.
Setiap tahun KRI Dewaruci memang menjadi labuhan para prajurit Akademi
Angkatan Laut (AAL) tingkat II untukmenjadi perwira. Kebetulan, rute KJK
para taruna AAL angkatan ke-59 adalah rute keliling dunia terlama dan
harus singgah di empat benua.
Selama pelayaran, kadet-kadet bakal berpraktik ilmu dasar kepelautan,
seperti pelayaran astronomi yang menentukan posisi kapal berdasar
bintang, membaca cuaca, dan mempraktikkan profesi dasar matra (bukan
mantra, Red) laut. Itu adalah ilmu dasar kepelautan yang harus dikuasai
meski peralatan kapal zaman sekarang sudah digital. Karena itu, seluruh
korps diikutkan.
Dalam pelayaran KJK sebelumnya, korps Marinir tidak disertakan.
Kebijakan tersebut bertujuan memberikan pengalaman kepada personel
Marinir sebagai atase pertahanan. Sebelum berangkat, prajurit matra laut
tersebut telah berlatih berbagai ragam kesenian nasional serta daerah
berikut pakaian dan aksesorinya.
Semua itu akan dipresentasikan ke berbagai negara yang disinggahi untuk
pengenalan keberagaman budaya dan diplomasi Indonesia sebagai destinasi
wisata pada OpSail 2012 yang dijadwalkan berlangsung Juli nanti di
Amerika Serikat. Agenda keberangkatan pada 15 Januari ini oleh jajaran
TNI-AL juga dirayakan sebagai Hari Dharma Samudera.
Yakni, peringatan pertempuran Laut Aru yang membuat Komandan KRI Macan
Tutul Komodor Josaphat Soedarso (Yos Sudarso) gugur. Pelepasan KRI
Dewaruci dilakukan setelah acara tabur bunga yang dipimpin KSAL
Laksamana Soeparno didampingi Pangarmatim Laksamana Muda TNI Ade
Supandi.
Para perwira, istri, dan sanak keluarga dari 82 anak buah kapal (ABK),
dokter kapal, tim penerangan Armatim, personel korps Pasukan Katak, dan
staf AAL sepuluh orang diundang turut melepas keberangkatan Dewaruci.
Sedangkan kadet AAL mencapai 101 taruna. Terdiri atas anggota korps
pelaut 42 orang, personel teknik 17 orang, staf elektronika 10 orang,
tenaga suplai 9 orang, dan personel Marinir 23 orang.
Pangarmatim Laksamana Muda TNI Ade Supandi dalam pembekalan di atas KRI
Dewaruci menekankan empat pesan. Yakni, kru meningkatkan spiritualitas,
menjaga kehormatan Merah Putih, melakukan transformasi pengalaman
terhadap kadet, dan mengantisipasi cuaca agar Dewaruci tetap aman dalam
pelayaran.
”AL negara lain yang berlayar memakai kapal latih seperti KRI Dewaruci
sudah sangat jarang. Indonesia akan mempertahankan tradisi ini karena
negara kita negara maritim,” ucap Ade, disambut aplaus prajurit.
Jadi Duta Wisata
Sementara itu, penandatanganan memorandum of understanding (MoU)
mewarnai pelepasan KRI Dewaruci kemarin (15/1). MoU dibuat TNI AL
bersama Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan mengetengahkan
promo Wonderful Indonesia. Sehingga pencitraan bidang pariwisata di
Indonesia semakin mantap.
Penandatanganan dilakukan Wakil Menteri Pariwisatan dan Ekonomi Kreatif
Sapta Nirwandar dan Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Soeparno, sebelum
pelayaran kapal latih TNI AL itu diberangkatkan.
Sapta Nirwandar mengatakan nama KRI Dewaruci sangat dikenal. Baik di
lingkup nasional maupun internasional. Kegagahan kapal buatan Jerman itu
tidak asing lagi bagi masyarakat. Didukung keuletan dan keramahan kadet
serta anak buah kapal. ”Itu ciri yang dimiliki KRI Dewaruci sejak
dulu,” ungkapnya.
Wajar jika persinggahan KRI Dewaruci selalu mendapat sambutan meriah.
Kenyataan itu dijadikan sasaran untuk mempromosikan citra Wonderful
Indonesia. Apalagi pelayaran kali ini paling lama sepanjang sejarah.
Banyak negara disinggahi. Setiap negara itu, banyak orang suka dan
menyambut kapal ini. ”Pasti efektif dan tepat sasaran untuk mengenalkan
pariwisata di,” papar Sapta.
nih gan pic nya:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar